Mentari pagi pun mulai terlihat diufuk timur, berkas cahaya nya mulai menerangai selasar demi selasar bangku bus yang saat itu melaju perlahan tanpa hambatan maklum masih pagi. Belum banyak aktivitas yang dilakukan dijalan. Daritadi terbangun pasca insiden kakak cantik yang terlihat hanya truk dan bus yang hilir berganti lewat dan melintasi kami. Melihat bus dan truk yang rata-rata beroda banyak ini lewat - lewat terpikirkan ku ini merupakan kawanan Transformer yang lagi patroli mencari Desepticon.. Haha.:D
Peta Kota Perawang |
Tak lama handphone pun berdering, telepon dari orang tua yang menanyakan keberadaan kami. Pada saat itu tak tahu harus menjawab apa. karena baru perjalanan pertama dan tidak mengenal lokasi yang akan dilewati. Sebenarnya banyak pilihan yang bisa menjawab persoalan ini dengan berbagai resikonya.. Hahaa :D. Cara pertama kulihat sepanjang jalan yang ada pamflet usaha, iklan atau apapun itu biasanya kan ada tertulis alamatnya. Namun usaha ku ini sia-sia, mungkin ilmu fisika ku kurang ahli kali ya,, kecepatan bus tidak sebanding dengan kecepatan mata membaca tulisan itu.. yang ada malah sakit mata lihat nya.. kecuali kudatangi supirnya dan suruh tu supir stop ini bus.. aku mau baca alamat pamflet.. hahaha,, yang ada disorakin satu bus.. Hhhmm... masuk deh cara kedua.. ah bodoh banget aku.. kenapa gak langsung tanya ke supir bus nya dalam khayalku. jadi aku datang kedepan. duduk disamping supir lalu kupanggil supirnya tuh,, kutatap matanya,, dan mata kami saling bertatapan.. sebelum pertanyaan itu keluar, alhasil kami dan seisi bus nabrak karena supir nya Gagal Fokus.. Hhhmm.. Cara kedua pun gagal akhirnya pasrah deh dengan keadaan. kulihat alam sekitar penuh dengan warna ada yang merah dan ada yang putih.. Hahaha.. yang terlihat daritadi hanya pipa-pipa yang melintang dan kusampaikan ke orang tua. dan orang tua langsung mengerti kami lagi dimana.. Hhhmm.. kenapa daritadi tak begitu.. sampai mata sakit lihatin pamflet dan memandang supir bus.. :D :D
Bermodalkan nomor BK (nama keren dari plat kendaraan) yang satu paket kukirim ke ayah. Ayah menunggu kami dipinggir jalan. Setelah beberapa kilometer berjalan akhirnya terlihat sosok ayah melambaikan tangan ke arah bus kami. Jikalau dimana-dimana kalau kode melambaikan tangan begini dikira bakalan naik ini bus, maka disini kalau melambaikan tangan begini ke bus bukan bermaksud menyerah kayak Uji Nyali ya,, tapi lebih ingin menjemput sanak famili atau seseorang yang didalam bus yang dimaksud. Untung plat kendaraan tiap bus beda-beda, kalau sama, masa tiap bus harus dicek in satu-satu. Metode begini juga jauh lebih efektif dibanding harus jemput ke Terminal yang jauh ke kota kan buang waktu padahal yang mau di tujuan dilalui rute nya. Akhirnya lampu sein kiri bus nya d nyalain, di belakang terdengar suara rem angin ciri khas bus-bus besar dan perlahan tapi pasti bus pun berhenti. Seketika dengan cepat kilat kubangkit dan mengambil tas-tas dibagasi atas dan berlalu meninggalkan kakak cantik nan jahat. Selangkah demi selangkah melewati selasar bangku melewati penumpang lainnya yang beberapa masih terlelap tidur menuju pintu keluar yang berada didepan. Sebelum turun kulihat pak supir dan kernetnya, sambil ingin mengucapkan terima kasih sudah berhati-hati hingga dalam membawa transformer bentuk bus ini sehingga dapat tiba selamat sampai tujuan tapi urung diucapkan, berdoa aja deh,,, moga langgeng bapak ini jadi supir bus nya,, terlebih bus janda warna ungu ini. Perlahan tapi pasti juga bus bergerak meninggalkan kami yang sudah turun dipinggir jalan. Kulambaikan tangan kearah bus seakan ada yang masih dikenal disitu (pura-pura lupa sama kkak cantik) sampai pada akhirnya bus pun menjauh hilang dari pandangan mata.
Bersambung... Perawang, Kota Kenangan Part 3
Bersambung... Perawang, Kota Kenangan Part 3
Posting Komentar